Rabu, 19 Januari 2011

Pencarian Martabat Sejati : Seorang Professor Merangkap Penyemir Sepatu Jalanan

Pencarian Martabat Sejati : Seorang Professor Merangkap Penyemir Sepatu Jalanan

oleh INDIGO INDONESIA pada 20 Januari 2011 jam 0:17



Seorang professor bernama Chang Zaisheng dari Universitas Yuangzhou, propinsi Jiangsu,
Tiongkok, menyembunyikan identitas dirinya sejak 1 tahun terakhir ini. Dia
bekerja rangkap sebagai tukang semir sepatu di jalanan. Menghadapi ribuan sepatu
berdebu, professor Chang mengaku menemukan kebahagiaan sejati dan martabat
sebagai seorang manusia.


Harian Guangzhou melaporkan bahwa Chang Zaisheng
adalah seorang sarjana sukses yang memegang beberapa posisi penting, termasuk
Direktur Departemen Disain Sekolah Seni Universitas Yangzhou, Asosiasi Peneliti
Institut Penelitian Buddhisme dari Universitas Yangzhou, serta dosen tamu senior
di Sekolah Seni Universitas Qinghua. Sebagai tambahan, dia juga seorang pematung
terkenal, tinggal di rumah yang nyaman dan mobil bagus, sungguh memiliki
kehidupan yang lebih dari cukup!


Namun bagaimanapun juga, Chang Zaisheng terus
mencari makna sejati akan martabat seorang manusia. Dia berkata, Sebagai seorang
professor, saya harus patuh kepada Rektor. Didepan mahasiswa, saya harus menjaga
kekuasaan absolut sebagai seorang guru. Jadi terdapat dua kepribadian Chang
Zaisheng, apakah manusia sejati Chang Zaisheng ataukah seorang makhluk mesin
sosial? Dia sungguh tidak mampu menjawab pertanyaan dirinya sendiri, tentang
siapakah saya? dan dimana letak martabat saya?.


Pada perayaan Tahun Baru Imlek 2002, dia menyewa
gerobak tiga roda sebesar 100 RMB (sekitar Rp 131 ribu) dan menjalani sehari
penuh sebagai tukang becak ala Tiongkok, demi mencari kebenaran dan martabat.
Pada tengah hari, salah satu mahasiswa sedang mengendarai sepeda dan berpapasan
dengannya, kemudian si mahasiswa ini berbalik mengejar dan bertanya,รข€Apakah anda
professor Chang? Mahasiswa tersebut sungguh tidak dapat mempercayai
penglihatannya.


Chang mengatakan, hingga sore hari dia dapat
mengumpulkan uang sebesar 70 RMB (sekitar Rp 91.600,). Lalu dia menghadiahkan
dirinya sendiri semangkuk mie daging sapi disebuah warung sederhana, namun dapat
memberikan perasaan bahagia dan pemahaman mendalam arti sesungguhnya
kebahagiaan.


Chang mengaku bahwa hidup dengan bermartabat
berarti melepaskan pengejaran materialistik dan menjalani hidup penuh bergairah
serta hidup jujur, seperti seorang penyemir sepatu. Dia memetik pelajaran dari
pekerjaan tersebut bahwa jika seseorang menginginkan hidup dengan penuh
martabat, lebih dapat memutuskan apa yang harus dikerjakan dalam kehidupan
seseorang, maka dia harus melepaskan sedikit ketamakan, kemewahan dan keegoisan.

courtesy: (Erabaru.or. id)


real story...

semoga bermanfaat... ^^

love n light
[amr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar